♥ K e t i k a I b u
T e r l u p a k a n ♥
Oleh
:: Ummi Amalina P
J IX-1 / 31 J
Mentari masih
malas tuk bangun dari tidurnya. Ayampun masih belum berniat tuk mengeluarkan
suaranya yang merdu. Namun ibu sudah terjaga
di sepertiga malam itu untuk bersimpuh di hadapan-NYA. Menyebut namaku
dan kakak berulang kali serta memohon ridho dan ampunan-NYA.
Saat mentari baru
saja menampakkan secercah cahayanya dibukanya trai jendela rumah sambil berdo’a
mengucap syukur kepada sang pencipta.
Ibu sudah selesai menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah dan sarapan
untuk aku,Ayah,dan kakakku ketika jam alarmku baru saja mengusik tidurku.
“Nak,,, Ayo
bangun,, sholat subuh,, “ ucap ibu dengan lembut berteriak dari arah dapur
untuk membangunkanku dan kakakku. “iya bu,,,” kami menjawab serentak tanpa
bergerak dan kembali menyapa selimut hangat kami.”ayo,, le,,nduk,, bangun,,,
telat lho sekolahnya,,, ayo wes,, ndang,, mesti iki nek digugahi angel kabeh..”
ucap ayah dengan nada yang cukup tinggi yang membuat kami langsung
terbiri-birit menuju kamar mandi. Ya,setiap pagi memang suara ibu selalu kami
acuhkan “ Ayo to le,,nduk,, ndang bangun,,ndang mbantu ibu,,,” ucap Ayah
kembali membangunkanku dan kakakku. “ sssiiiaaaapppp.....
brangkaaaatttttt,,,,,” ucap kakak ogah-ogahan.
Aku dan Kakakku cepat-cepat berlari menuju kamar mandi. Berebut kamar
mandi!!!! Kebiasaan buruk yang selalu kami lakukan setiap hari.
Sebagai anak
perpempuan di rumah ini aku mendapatkan porsi membantu ibu lebih banyak
daripada kakakku. Setiap pagi aku bertugas untuk membersihkan sluruh kamar di
rumah, dan menyapu halaman dan kakakku bertugas untuk mencuci piring sehabis
makan malam,itupun kalau sempat.
Akhir-akhir ini
aku dan kakakku yang sama-sama duduk dibangku kelas 3 sama-sama banyak
kegiatan,banyak bimbel,tryout,dan kawan-kawannya yang selalu menyita waktu kami
untuk bersama Ayah dan Ibu terutama untuk Ibu. Aku berpikir sambil menggumam ”kasian ibu,, aku tidak pernah lagi
membantunya,, ,,lalu apa yang harus aku lakukan??”
“Nduk,,Ayo nak,,
ndang cepet-cepet membereskan
kamarnya,, sudah jam 5.15 habis gini setengah 6,,
hari ini masuk pagi kan?? Ada PMP kan hari ini??” seruan ibu membuyarkan lamunanku aku segera
menjawab seruan ibu tadi “iya bu,, sebentar lagi yaa,, tinggal kamarku saja
yang belum aku bersihkan,,,” ”wes,,wes,,nduk,, ndak usah dilanjutkan lagi,,
nanti kamu telat berangkat sekolahnya,, biar ibu saja yang membereskan nanti,,”
ucap ibu dengan tulus.
Pukul 6 kurang 10
menit aku tiba di sekolah. Jarak antara rumah dan sekolah memang tidaklah jauh,apalagi jika kakak yang
memboncengku sampai sekolah. kebetulan setiap hari aku dan kakakku selalu
bersamaan baik jam masuk sekolah maupun jam pulang sekolah jadi setiap hari
kakak selalu setia menjemput dan mengantarkanku ke sekolah. Khusus bila pagi
hari hujan turun, aku dan Kakaku selalu diantarkan Ayah dengan mobil sampai ke
sekolah.
Teng,,Teng,,Teng,,
,, waktu yang dinantikan pun tiba,, seluruh siswa berhamburan keluar kelasnya
menuju ke pintu gerbang dan mencari jemputan mereka masing-masing. Begitu
juga Aku. Aku bergegas menuju pintu
gerbang sekolahku dan mencari ke seluruh penjuru. Namun rupanya si seragam
putih-abu-abu itu belum datang. Terpaksa aku pun duduk di pinggir trotoar
menunggu kedatangannya. 30 menit kemudian kakak datang sambil tersenyum “
he,,he,,he,, maaf ya bon,, tadi aku masih ada urusan sebentar,, maaf yaaaa,,,”
“iya,, gak papa kok kak,, tapi ngomong- ngomong kok setiap hari ada urusan
sih,, urusan apa urusan hayooooo....” Candaku sambil menyindir kakak yang
selama ini sering sekali telat menjemputku. Selidik punya selidik sih katanya
kakak selalu mangantarkan “mbak”nya ke rumah dahulu kemudian baru menjemputku.
2 blok rumah
sebelum rumahku, aku sudah dapat mencium aroma nan lezat dan gurih. Ya, apalagi
kalau bukan bau kue buatan ibuku. Ibuku
memang menerima pesanan kue tapi, tidak setiap hari ibu membuat pesana tersebut
terganting seberapa sering orang memesan kue ibu.
“Assalamualaikum,,,ibu,,,,”
uc ap aku dan kakak memecahkan kesunyian di siang hari itu. “Waalaikumsalam,,,”
ku dengar suara derapan kaki ibu yang setengan berlari untuk membukakan pintu. Ibu mengulurkan
tangannya aku dan kakak pun berebut untuk menggapainya. “ ibu bikin pesanan apa
hari ini??”celotehku. “ ada sisanya kan bu??” ucap kakak sambil menggerling
nakal ke arah ibu. “iya,, tenang,, pasti ibu sisakan untuk kalian,,, hari ini
ibu membuat kue sus dan pie,, nanti ngambil susnya cuman boleh 2 ya tiap anak
soalnya sisanya cuman 6 nanti sisanya kan buat yang pesan ya nak,, kalau pienya
terserah boleh ambil beerapa ,,”. “oke deh,, siiiaaaapppppp...” ucap kaka dan
aku kompak.
Setelah
mengganti baju aku membantu ibu untuk mengisi fla kedalam sus. Namun, ada yang
beda dari biasanya.Ibu melarangku untuk membantunya “sudah ndukibu bisa sendiri
kok nggak usah dibantuin,,, Adik bubuk aja ya,, biar nanti malem bisa blajar”
aku pun menyambutnya dengan senang, “Aseeekkk,,, g jadi bantu ibu nih,, aku
bisa tidur enak nih,,” batinku dalam hati.
Ketika
malam menjelang aku mengerjakan tugas di komputer kesayanganku dan kakakku juga
mengerjakan tugasnya di laptop kesayangannya. Namun,, akhir – akhir ini karena
aku terlalu penat dan capek di sekolah jadi setiap kali aku membuka laptop dan
mencari data di internet aku selalu menyempatkan diri untuk membuka
facebook-ku. Awalnya mungkin tidak pernah terpikirkan olehku cara tersebut
namun suatu saat ketika aku tidak sengaja melihat kakakku mengerjakan
tugas(katanya sih..) namun aku justru melihat kakku sedang asyik chatting dengan kawannya dari
itulah aku mulai berpikir untuk menerapkannya, dan alhasil ini membuatku
ketagihan ber-facebook ria.
Ibu memanggilku
dan menyuruhku untuk membereskan handukku yang masih tertinggal di kamar, namun
panggilan itu hanya lewat saja di telingaku. Ya!! Benar!! Aku terlalu asyik
dengan chattingku dan tidak menghiraukan seruan ibu. Beberapa lama kemudian Ibu
juga memanggil kakak yang asyik dengan laptopnya. Namun sama sepertiku kaka
juga tak menghiraukan ibu. Biasanya bila sudah seperti ini bukannya marah ibu
justru diam dan mengerjakannya sendiri.
♥ J J J ♥
Hari demi hari
pun berlalu aku dan kakak belum bisa berubah. Meskipun beribu-ribu kali Ibu mencoba menasehati kami meskipun
beberapakali ayah harus turun tangan “mendudukkan” kami dan memarahi kami.
Namun, itu hanya berlaku paling lama sebulan setelah peristiwa “pen-dudukan”
itu aku dan kaka tetap saja seperti biasa cuek terhadap Ibu dan hanya care
dengan pelajaranku.
Hingga akhirnya
Allah mencoba menasehati kami dengan caranya. Kami sekeluarga diuji oleh-NYA .
Ibu jatuh sakit dan harus dirawat dirumah sakit. Aku shock, bingung , terdiam,
dan menagis setelah mendapat telepon dari ayah lewat kantor TU di sekolahku.
Aku tak tau harus bagaimana padahal waktu itu Ayah sedang ditugaskan diluar negeri.
Otomatis Ayah tidak dapat pulang cepat. Dengan cekatan aku menghubungi handphone kakakku dan
mengabarkannya tak lama kemudian kakak berhasil mendapatkan ijin unntuk pulang
lebih awal dan menjemputku ke sekolah.
Namun sepertinya
Allah ingin menguji aku dan kak lebih berat lagi. Ijin dari sekolah untuk
pulang lebih awal tidak dapat keluar dengan mudah karena pihak sekolah tidak
percaya bahwa yang menjemput adalah kakakku. Kami tidak kehabisan akal kutelpon
handphone Ayah dan meminta kepada ayah agar Ayah berbicara kepada guru piket
yang tidak punya hati itu. Akhirnya akupun diijinkan pulang oleh guru itu.
Kami langsung
meluncur ke arah rumah sakit dimana Ibu dirawat. Sialnya Ditengah jalan terjadi
demo yang mengharuskan aku dan kakak memutar jalan lebih jauh lagi untuk sampai
ke rumah sakit.
Alhamdulillah
kami sampai satu jam kemudian karena jalan memutar itu ternyata tidak sedekat
yang kita bayangkan sebelumnya. Kami langsung menanyakan kamar ibu di
resepsionis. Setelah menemukan kamar ibu kami langsung menuju ke arahnya dan
memeluk ibu di ranjang berbau obat itu.
Aku menangis
melihat kondisi ibu begitu juga kakakku tangan ibu dimasuki beberapa jarum yang
menurut keterangan tetanga yang membawa ibuku ke rumah sakit itu adalah jarum
untuk memasukkan cairan infus dan obat untuk ibu.
Aku masih
menangis ketika mendengar cerita dari tetanggaku tersebut. Alhamdulillahn
tetanggaku datang disaat yang tepat ketika itu Bu Sugianto(nama tetanggaku)
sedang berniat untuk mengantarkan kue yang baru saja dicobanya menggunakan
resep ibu. Tiba- tiba bu sugianto melihat ibu terbaring di sajadahnya . Tanpa
pikir panjang Bu sugianto menghubungi
taxi dan membawa ibu kerumah sakit. Dalam hati aku menyesal ” mengapa bukan aku
yang mengetahui keadaan ibu terlebih dahulu?? Aku kan anak ibu seharusnya aku
tahu kondisi ibu...kenapa harus tetanggaku yang mengetahuinya terlebih dahulu”
batinku berurai airmata.
Selama Ibu
sakit aku dan kakak sengaja membolos
bergantian beberapa hari ini karena
menjaga ibu. Khusus hari ini aku dan kakak membolos bersamaan karena hari ini
adalah hari dimana keluarnya hasil tes ibu. Kami selalu berdo’a dan berharap
ibu baik- baik saja. Ketika kakak dipanggil oleh dokter yang menangani ibu aku
berbisik kepada kakak “Kak,, nanti beritau ya hasil ibu,, Apapun itu ya kak,,,
“ “iya bon,, tenang aja kalii,,, “ ucap kakak sambil tersenyum untuk menutupi
rasa khawatirnya.
Krrrrriiiiieeeekkkkkk,,,,,
terdengar suara pintu kamar ibu terbuka. Derap langkah kakak dan decitan pintu
itu berhasil membuatku terbangun dari lamunanku. Aku langsung mendekat ke
teling kakak dan berbisik “gimana hasilnya??” “Alhamdulillah nggak papa kok
bon,, Ibu Cuma kecapaian” bisik kakak. “lalu?? Knapa ibu sampai hampir seminggu
disini dan menjalani beberapa tes??” sautku mulai penasaran. “Iya karena ibu
perlu istirahat selama ini kan ibu sibuk dirumah menguruso kita.. jadi sekarang
kita yang bergantian mengurus ibu kan??” ucap kaka dengan bohong. “yaaa
tauuuuu,,,, itu bukaan pertanyaankkuuuuu,,,” ucapku mulai geram. “iya,,iya,,
aku jelaskan apa adanyaya,,” ucap kakak dengan telaten. “ begini,, kata dokter,,
ibu terlalu sering tidur malam dan kurang istirahat..” “ya lalu???” potongku
tak sabar. “Empedu Ibu bengkak dik,, memeng tidak apa- apa karena ini masih
baru pertama kali tapi kata dokter bila nanti sesudah pulih ibu terserang
penyakit ini empedu ibu bisa- bisa pecah” “aaaaaaaaaaaaaa.....aa” jeritku pilu.
“iya mangkannya mulai sekarang kita harus janji yaa,, membantu ibu setiap hari
seperti sebelum kita duduk dikelas 3 yaaa,,,,” “emmmm... “ janjiku pilu sambil
menganggukkan kapala perlahan.
Terdengar suara
derap kaki di keheningan malam di rumah sakit itu. Aku terjaga dari tidurku
sedangkan Kakakku memang sedang bangun untuk menjaga ibu. “siapa itu kak??”
ucapkku perlahan. “Enggak kok,, paling- paling juga dokter yang sedang visite
malam” ucap kaka dengan tenang. Derap langkah itu terdengar semakin mendekat
dan membuatku penasaran. Kubuka pintu kamar ibu. Spontan aku menghampiri sumber
suara itu dan bergegas memeluknya sambil terisak.
Kedatangan Ayah
cukup menghangatkan suasana di kamar ini. Ibu terbangun karena mendengar suara
Ayah. Kami bercakap-cakap memecah keheningan malam yang semakin dingin ini
dikamar ibu.
Ibu terlihat
senang karena keluarga kami berkumpul mungkin itu juga yang membuat ibu ingin
cepat-cepat terbebas dari udara berbau obat ini. 3 hari kemudian ibu
diperbolehkan pulang kerumah oleh dokter. Aku dan Kakak senang sekali
mendengarnya. Sejak kejadian itu aku dan kakak berjanji pada diri kami masing –
masing untuk tidak terlalu mementingkan tugas sekolah lagi karena ternyata
disamping itu masih banyak yang harus kita pedulikan yaitu orang yang kita
sayang. Ibu dan Ayah kita yang selalu ada untuk kita.J
♥ J J J ♥